Sejak pertama kali main di rumah produksi SinemArt, seperti sinetron Kisah Sedih di Hari Minggu bersama Marshanda dan Meriam Bellina, Ana tak pernah sepi tawaran. Habis satu, dapat lagi tawaran selanjutnya. "Tapi, rezeki saya masih kampung kok," canda Ana. Meski "kampung" tapi sebagai pemain pemeran pembantu sinetron, Ana kerap kebagian peran khas. Wajah Ana nyaris selalu dinanti pemirsa seperti mereka menunggu munculnya sang jagoan atau pemeran utama. Tengoklah aksinya sebagai Bu Siti, seorang perempuan gila, dalam sinetron Diva.
Sebelumnya, Ana kerap kali kebagian peran khas dan ekstrem yang menjadi gimmick cerita. Misalnya, dalam Dara Manisku bareng Revalina S. Ternat, Benci Bilang Cinta bersama Marshanda dan Baim Wong, Wulan bersama Dhini Aminarti, Pengantin Remaja bersama Christian Sugiono, Darling bersama Nabila Syakieb, Anakku Bukan Anakku bersama Roger Danuarta, dan Intan dengan Naysilla Mirdad.
Keterlibatan Ana di dunia hiburan awalnya hanya sekadar coba-coba. la ingin memperbaiki kehidupan perekonomian keluarganya yang sederhana. Ayah Ana, (alm.) Tammat Pinem, dulu sopir bus luar kota. Ibunya, Bertha Selangit, ibu rumah tanpga biasa. Bisa dibayangkan, berapa pemasukan keluarga Ana saat itu.
Usai kuliah dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Ana mendapat peran di sinetron Incen besutan sutradara Arswendo Atmowiloto, produksi PT Atmochademas dan PT Truly Karya Mandiri. "Honor yang saya peroleh bisa untuk membantu orang tua," ucap perempuan kelahiran 25 Desember 1977 itu.
Akting Ana dari sinetron ke sinetron lainnya mengalami peningkatan. Namun, tak dapat dimungkiri, tak semua penonton respek padanya. Ada yang menilai, aktingnya berlebihan. Ada juga yang bilang norak dan tidak natural. Tapi, Ana tak mau ambil pusing.
Yang terpenting, apa pun lakonnya, berusaha bermain sebaik mungkin. "Akting itu tergantung emosi. Kalau harus marah, ya marah. Kalau harus teriak, ya teriak. Saya enggak mau main berlebihan. Tapi, kalau ada yang bilang seperti itu, wajar saja. Enggak apa-apa," kata Ana tersenyum simpul. "Saya selalu berakting pakai hati biar yang nonton juga pakai hati," tambahnya.
Sebelumnya, Ana kerap kali kebagian peran khas dan ekstrem yang menjadi gimmick cerita. Misalnya, dalam Dara Manisku bareng Revalina S. Ternat, Benci Bilang Cinta bersama Marshanda dan Baim Wong, Wulan bersama Dhini Aminarti, Pengantin Remaja bersama Christian Sugiono, Darling bersama Nabila Syakieb, Anakku Bukan Anakku bersama Roger Danuarta, dan Intan dengan Naysilla Mirdad.
Keterlibatan Ana di dunia hiburan awalnya hanya sekadar coba-coba. la ingin memperbaiki kehidupan perekonomian keluarganya yang sederhana. Ayah Ana, (alm.) Tammat Pinem, dulu sopir bus luar kota. Ibunya, Bertha Selangit, ibu rumah tanpga biasa. Bisa dibayangkan, berapa pemasukan keluarga Ana saat itu.
Usai kuliah dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Ana mendapat peran di sinetron Incen besutan sutradara Arswendo Atmowiloto, produksi PT Atmochademas dan PT Truly Karya Mandiri. "Honor yang saya peroleh bisa untuk membantu orang tua," ucap perempuan kelahiran 25 Desember 1977 itu.
Akting Ana dari sinetron ke sinetron lainnya mengalami peningkatan. Namun, tak dapat dimungkiri, tak semua penonton respek padanya. Ada yang menilai, aktingnya berlebihan. Ada juga yang bilang norak dan tidak natural. Tapi, Ana tak mau ambil pusing.
Yang terpenting, apa pun lakonnya, berusaha bermain sebaik mungkin. "Akting itu tergantung emosi. Kalau harus marah, ya marah. Kalau harus teriak, ya teriak. Saya enggak mau main berlebihan. Tapi, kalau ada yang bilang seperti itu, wajar saja. Enggak apa-apa," kata Ana tersenyum simpul. "Saya selalu berakting pakai hati biar yang nonton juga pakai hati," tambahnya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar