Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan fokus mengembangkan tiga program studi (prodi) yang mempunyai kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketiganya adalah pertanian, teknik, dan sains.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menjelaskan, berdasarkan hasil penelurusan di Indonesia dan beberapa negara lainnya ada 3 prodi yang memberikan kontribusi besar terhadap gross domestic product (GDP). Setelah ditelusuri peta perkembangannya, di Indonesia masih kekurangan peminat maupun mahasiswa.
Ketiganya tidak melebihi 15 persen dari total mahasiswa sebanyak 5 juta orang.’’Sains hanya 3,6 persen dari total mahasiswa, pertanian 3,3 persen. Yang bagus teknik sekitar 11 persen. Padahal ketiga bidang itu paling besar perannya terhadap perekonomian,’’ jelas Nuh ketika dihubungi di Jakarta kemarin (29/6).
Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengembangkan ketiganya. Caranya, dengan menambah kuota mahasiswa dan pengembangan kurikulum maupun fasilitas penunjang pendidikan. Tapi, bukan berarti prodi lainnya akan ditutup.’’Yang lain tetap jalan. Hanya ketiga itu tiap tahun ada penambahan mahasiswa baru. Lebih besar ketiganya,’’ jelas mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) tersebut.
Menurut Nuh, potensi yang bisa digunakan untuk menambah populasi ketiga prodi tersebut sangat besar. Tahun ini saja, yang melamar masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mencapai 550.000 orang. Sedangkan yang diterima sekitar 115.000 orang. Artinya, ada 300.000 ribuan yang belum diterima. ’’Mereka ini sangat potensial dimasukkan keketiganya. Kalau diperluas tentu populasi akan naik,’’ urai Nuh.
Pemerintah, lanjut mantan rektor ITS Surabaya ini, tidak hanya menyiapkan mahasiswa untuk menuntut ilmu mengenai teknik, sains, dan pertanian. Tapi juga ada ada fasilitas penampung ketika lulus. ’’Banyak perusahaan yang bisa menampung mereka. Kalau tidak mereka menciptakan pekerjaan sendiri. Itu yang kita dorong. Apalagi kalau dikaitkan dengan Master Plan Percepatan Dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),’’ tegas bapak 1 puteri ini.
Nuh mencontohkan, untuk teknik saja jumlah mahasiswa sekarang hanya 600.000. Itupun sudah dengan mahasiswa politeknik. 2015 diharapkan terjadi peningkatan 100 persen menjadi 1,5 juta orang.’’MP3EI itu kita akan membangun banyak jalan, jembatan, dan sebagainya. Tentunya butuh manusia. Nah, dari ketiga prodi itu diharapkan keluar orang-orang untuk membangun bangsa,’’ katanya.
Rektor Uhamka Suyatno mengakui, memang terjadi ketimpangan antara jurusan IPS dan IPA. Sudah seharusnya pemerintah mengembangkan 3 prodi tersebut. Sebab, sekarang ini perbandingan IPA dan IPS mencapai 25:75. ’’Kami meminta pemerintah fokus kepada eksak saja. Sedangkan sosial biar swasta yang menanganinya,’’ harap Suyatno.
Suyatno beralasan, untuk pengembangan prodi eksak dibutuhkan biaya besar. Tentunya, PTN dengan bantuan pemerintah lebih mudah. Sementara swasta akan sulit melakukannya. Kalaupun bisa, pasti biaya pendidikannya tinggi.’’Tidak hanya eksask. Filsafat dan budaya juga penting untuk tingkatkan karakter,’’ katanya.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menjelaskan, berdasarkan hasil penelurusan di Indonesia dan beberapa negara lainnya ada 3 prodi yang memberikan kontribusi besar terhadap gross domestic product (GDP). Setelah ditelusuri peta perkembangannya, di Indonesia masih kekurangan peminat maupun mahasiswa.
Ketiganya tidak melebihi 15 persen dari total mahasiswa sebanyak 5 juta orang.’’Sains hanya 3,6 persen dari total mahasiswa, pertanian 3,3 persen. Yang bagus teknik sekitar 11 persen. Padahal ketiga bidang itu paling besar perannya terhadap perekonomian,’’ jelas Nuh ketika dihubungi di Jakarta kemarin (29/6).
Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengembangkan ketiganya. Caranya, dengan menambah kuota mahasiswa dan pengembangan kurikulum maupun fasilitas penunjang pendidikan. Tapi, bukan berarti prodi lainnya akan ditutup.’’Yang lain tetap jalan. Hanya ketiga itu tiap tahun ada penambahan mahasiswa baru. Lebih besar ketiganya,’’ jelas mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) tersebut.
Menurut Nuh, potensi yang bisa digunakan untuk menambah populasi ketiga prodi tersebut sangat besar. Tahun ini saja, yang melamar masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mencapai 550.000 orang. Sedangkan yang diterima sekitar 115.000 orang. Artinya, ada 300.000 ribuan yang belum diterima. ’’Mereka ini sangat potensial dimasukkan keketiganya. Kalau diperluas tentu populasi akan naik,’’ urai Nuh.
Pemerintah, lanjut mantan rektor ITS Surabaya ini, tidak hanya menyiapkan mahasiswa untuk menuntut ilmu mengenai teknik, sains, dan pertanian. Tapi juga ada ada fasilitas penampung ketika lulus. ’’Banyak perusahaan yang bisa menampung mereka. Kalau tidak mereka menciptakan pekerjaan sendiri. Itu yang kita dorong. Apalagi kalau dikaitkan dengan Master Plan Percepatan Dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),’’ tegas bapak 1 puteri ini.
Nuh mencontohkan, untuk teknik saja jumlah mahasiswa sekarang hanya 600.000. Itupun sudah dengan mahasiswa politeknik. 2015 diharapkan terjadi peningkatan 100 persen menjadi 1,5 juta orang.’’MP3EI itu kita akan membangun banyak jalan, jembatan, dan sebagainya. Tentunya butuh manusia. Nah, dari ketiga prodi itu diharapkan keluar orang-orang untuk membangun bangsa,’’ katanya.
Rektor Uhamka Suyatno mengakui, memang terjadi ketimpangan antara jurusan IPS dan IPA. Sudah seharusnya pemerintah mengembangkan 3 prodi tersebut. Sebab, sekarang ini perbandingan IPA dan IPS mencapai 25:75. ’’Kami meminta pemerintah fokus kepada eksak saja. Sedangkan sosial biar swasta yang menanganinya,’’ harap Suyatno.
Suyatno beralasan, untuk pengembangan prodi eksak dibutuhkan biaya besar. Tentunya, PTN dengan bantuan pemerintah lebih mudah. Sementara swasta akan sulit melakukannya. Kalaupun bisa, pasti biaya pendidikannya tinggi.’’Tidak hanya eksask. Filsafat dan budaya juga penting untuk tingkatkan karakter,’’ katanya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar