Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu perkembangan pemahaman siswa menemukan konsep yang sulit. Conceptual Understanding Procedures (CUPs) telah dikembangkan di Fisika, tetapi dapat dirancang untuk bidang studi lain seperti Kimia, Matematika dan Biologi. Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) konstruktivis dalam pendekatan, yaitu didasarkan pada keyakinan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri konsep-konsep dengan memperluas atau memodifikasi pandangan mereka yang ada. Prosedur juga memperkuat nilai pembelajaran kooperatif dan individu studentis peran aktif dalam belajar. Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dikembangkan pada tahun 1996 oleh David Mills dan Susan Feteris (Departemen Fisika) sekarang sekolah Fisika di Monash University. Kemudian Pam Mulhall dan Brian Mc Kittrick memperbarui Conceptual Understanding Procedures (CUPs) pada tahun 1999, 2001 dan 2007. [1]
Model CUPs adalah suatu metode pembelajaran dimana pada siswa ditanamkan bagaimana membuat kesimpulan atas materi yang dipelajari. Melalui metode ini siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Oleh karena itu, siswa lebih mudah saat menyelesaikan soal matematika[2].
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) adalah suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep yang dianggap sulit oleh siswa. Conceptual Understanding Procedures (CUPs)berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme yang didasari pada kepercayaan bahwa siswa mengkonstruksi pemahaman konsep dengan memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada. Conceptual Understanding Procedures (CUPs) juga melibatkan nilai-nilai cooperative learning dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
Prosedur yang diketengahkan meliputi pembelajaran individu, diskusi kelompok, dan diskusi kelas. Tahapan Conceptual Understanding Procedures (CUPs) adalah sebagai berikut :
1. Siswa dihadapkan pada masalah matematika untuk dipecahkan secara individu
2. Siswa dikelompokkkan, setiap kelompok terdiri dari beragam kemampuan (tinggi-sedang-rendah) berdasarkan kategori yang dibuat oleh guru. Jumlah siswa dalam setiap kelompok setiap kelompok mulai dari 2 sampai dengan 4 siswa. Setelah siswa dikelompokkan, setiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang sama dengan permasalahan yang harus dipecahkan secara individu. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok guru mengelilingi kelas untuk mengklarifikasi hal-hal yang berkenan dengan masalah bila diperlukan. Namun guru tidak terlibat lebih jauh dalam diskusi.
3. Diskusi kelas. Dalam tahapan ini hasil kerja triplet ditempel atau dipajang didepan kelas, kemudian seluruh siswa diminta duduk didekat pajangan membentuk lingkaran U, sehingga seluruh siswa dapat melihat semua jawaban secara jelas. Selanjutnya guru melihat persamaan dan perbedaan jawaban siswa. Mungkin terdapat beberapa jawaban yang sama. Diskusi kelas dapat dimulai dengan memilih satu jawaban yang jawabannya dapat mewakili seluruh jawaban yang ada. Guru kemudian bertanya kepada anggota triplet yang jawabannya diambil untuk menjelaskan jawaban yang mereka buat. Jawaban yang berbeda dengan jawaban yang dipilih guru diminta juga untuk menjelaskannya. Berdasrkan kedua jawaban yang berbeda tersebut, siswa diminta untuk mmebuat argumentasi sendiri , sehingga dicapai kesepakatan yang dianggap sebagai hasil jawaban akhir siswa. Dalam tahapan ini guru belum menjelaskan jawaban yang sebenarnya. Selain itu pada proses ini siswa benar-benar dituntut untuk berpikir sehingga guru harus memperhatikan waktu tunggu sebelum memberikan pertanyaan lanjutan. Diakhir diskusi guru harus dapat melihat bahwa setiap siswa benar-benar menyadari (memegang) jawaban yang disetujui, dan bisa jadi siswa menuliskannya dalam kertas yang mereka pajang (tapi tanpa komentar yang lebih lanjut). Bila siswa tidak tidak dapat mencapai kesepakatan, maka guru bisa menyimpulkan hasil diskusi, serta menyakinkan siswa bahwa kesimpulan ini dapat diterima.[3]
[2] Iin Retno Indriawati, Penerapan Metode Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kartoharjo Ngawi T.A 2009/2010, (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMS)
[3] Gemala Sari Nasution, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures pada Pokok Bahasan Persamaan Linier Satu Variabel di Kelas VII SMP Dharma Pancasila T.A. 2009/2010” Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika , (Medan : Perpustakaan IAIN-SU) 2009, hlm,24
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar